24 Januari 2012

Fly Me To The Moon


Di luar hujan. Hujan = ame. Turun hujan = ame ga furu. Kehujanan = ame ni nureta.

Rasanya aku ingin mengabadikan hari ini. Jika bisa, mau ku awetkan joy, spirit, dan passion yang tadi penuh. Ada senang yang tak bisa dijelaskan mengapa. Jelasnya, tadilah konsep mengahbiskan waktu bersama yang sempurna.

Absurdisitas ini sungguh aneh. Aku merasa surealis. Sebab yang kurasakan sukar kupaparkan dengan cara biasa. Sekaligus ku merasa realis. Hal kecil ini begitu sepele, begitu nyata, begitu sederhana, tapi seperti oase di padang pasir.

Jika memutar kembali dalam otak dan pikiran tentang frase favorit, tawa khas, cara bicara, konten obrolan, respon positif, celotehan aneh, ejekan natural, rasa hormat, kecocokan minat, dan bahasa tuturnya padaku; aku merasa susah berhenti senyum. Senyum apa? Entah. Senyum senang? Senyum geli? Senyum kecut? Senyum seringai? Jadi surealis gak jelas gini.

Tapi jangan salah sangka. Tak ada ambisi lebih untuk memiliki.

Ngobrol. Bersama. Bahagia. Itu saja.

Aku telah belajar dari kehidupan bahwa cinta bisa jadi tidak lebih awet dari tattoo temporer murahan. Tapi kalau sudah menikah, kita terikat pada cinta kita. Ya kan?

©©©

Quote of the day:

“Suka dan cinta adalah soal hati dan rasa. Keduanya tak bisa diperdebatkan (de gustibus non est dispuntandum). Cukuplah cinta adalah cinta, dan kau yakin merasa butuh.” (Li-senpai)

Tidak ada komentar: