01 Mei 2017

Renungan Hening Hujan


Aku suka pada orang yang tersenyum saat hujan turun. Menghikmati limpahan berkah Tuhan lewat gelontoran air langit, alih-alih merutuki kedatangannya.

Lihatlah para pengojek payung cilik itu. Mereka melonjak girang waktu rintik hujan mulai mencium bumi satu demi satu.

Berlarian depan pusat perbelanjaan, mereka tawarkan payung pada pejalan kaki. Benda bak cendawan warna-warni itu segera berpindah tangan, memberi nafkah tambahan walau cuma seribu dua ribu.

Atau sepasang ibu-anak yang berteduh di halte dekat warung makanku pada sore berhujan ini. Alat musik kecrek oranye di tangan, menandakan keduanya pengamen jalanan.

Hujan menderas tak merisaukan mereka. Daster sang ibu dan kaus si anak basah terbias air, tapi mereka tetap bercengkrama riang.

Inilah orang-orang yang tahu caranya bersyukur. Mereka yang mampu merasakan kenikmatan hujan, sementara sebagian lain hanya mendapat basahnya saja.

Mereka tahu bahwa berkat hujanlah, Bumi bertumbuh menghijaukan dirinya. Dan hanya usai hujan, manusia bisa mendapati pelangi berseri.

Menengadahlah, akan kau simak indahnya jutaan bulir bening air yang tertarik gravitasi. Belum lagi aroma tanah basah yang menguar mendebarkan setelah awan tuntas melaksanakan tugasnya.

Lihat, kan? Tidak ada yang perlu kita protes dari anugerah Tuhan.

01-05-2017
Catatan sang Pluviophile
a.k.a pengagum hujan
Sfx gelegar petir di atas awan
n lagu "Sepanjang Jalan Kenangan"
yang dinyanyikan Oom2 Tongseng Ayam