07 April 2017

Selamat Datang di Klub 27!

Sumber: Flickr

Tahun ini, menuju 27. Baru kali ini aku gentar menghadapi angka usia.

Tiga kali sembilan bukan angka yang sedikit. Kok sepertinya belum ada hal membahana yang sudah kulakukan selama sebagian tenggat waktuku di dunia.

Seorang teman mewanti-wanti untuk berhati-hati. Ia menyitir ulasan dunia maya yang membahas tentang Club 27. Itu loh, 'kebetulan' aneh dalam sejarah rock n roll di mana sejumlah rocker tersohor dunia meninggal ketika umur 27 tahun.

Musikus Brian Jones, Jimi Hendrix, Janis Joplin, dan Jim Morrison, adalah nama-nama musikus yang termasuk klub 27. Entah bagaimana, mereka sama-sama tutup usia di umur 27 tahun, antara periode 1969 sampai 1971.

Lebih dari dua dekade kemudian, vokalis Nirvana Kurt Cobain juga tewas ketika berusia 27 tahun. Tepatnya, Cobain mengembuskan napas terakhir pada 1994 setelah menembak diri sendiri, yang membuatnya turut masuk ke klub 27.

Temanku menyebutkan juga, kalau sastrawan Indonesia Chairil Anwar bisa dibilang anggota klub. Si binatang jalang itu meninggal dunia pada umur sama, jauh sebelum Cobain dll, yaitu pada 1949, diduga kuat kena TBC.

Jahat juga temanku, menakut-nakuti pakai cerita begitu. Padahal aku bukan rocker, musikus, seniman, atau sastrawan juga.

Tapi enggak apa-apa, nikmat umur kan memang sudah digariskan Tuhan. Mungkin maksud temanku baik, agar aku selalu 'eling', lebih mawas diri biar enggak terjerat lubang dosa.

Lalu kenapa tadi bilang gentar? Hmm, mungkin karena aku kaget aja kok waktu cepat berlalu dan sama sekali gak berasa.

Padahal dulu aku senang membayangkan diriku punya sindrom Peter Pan. Enggak pengin dewasa, selamanya jadi anak kecil kayak Peter Pan. Main di Neverland, loncat sana loncat sini, ngelawan bajak laut.

Tapi Peter Pan pun jadi 'dewasa' juga pas jatuh cinta ama Wendy, bahkan sampe bela-belain ke dunia nyata. Walaupun mereka gak bersatu (hiks!), plot itu membuktikan bahwa sindrom Peter Pan enggak selamanya ada.

27 juga angka yang, hmmmm, adalah gerbang menuju kebujanglapukan. Itu menurut standar kampung halaman, sih, yang enggak selalu benar tapi juga enggak bisa diabaikan begitu saja. Haha!

Ya gimana, enggak mudah nemu sosok yang satu frekuensi. Jadi saya masih menanti kejutan dari Tuhan dalam wujud pasangan, sambil bengong di pojokan angkot 36.

Jadi di sela angin berembus, aku ucapkan kepada diriku: selamat datang di klub 27. Maksudnya bukan mau mati sih, tapi dalam artian selamat menikmati usia 27 tahun yang semoga menyenangkan dan mencerahkan. (Padahal ultahnya masih lama).

Udah ah, mau turun angkot.

Jakarta, 7 April 2017
Catatan di pojok angkot 36
SFX angin sepoi-sepoi..