01 Desember 2014

Dawai Melankoli



Dawai-dawai angin lantunkan melankoli.
Berdesir-desir bersama ilalang yang bernyanyi.
Menyuarakan rindu yang mengendapi benak sepi.

Di bawah gemintang, aku termangu.
Merunuti memori yang hanya berisi kamu.
Imaji sosokmu membayang, tanpa bisa tersentuh.

Tanyakan pada terang emas bulan:
Untuk apa cahaya unjukkan keelokan,
Sementara jiwa tetap rasakan kesepian?

Gemawan menjawab mewakili:
Sebab semesta diciptakan dua sisi,
Agar manusia tak lupa berkontemplasi.

Lalu untuk apa cinta ini diciptakan?
Tumbuh dan menjelma selarik keindahan.
Sedangkan dunia tak izinkan kami bergandengan?

Lazuardi di penghujung malam berbisik kelu:
Hati ini hanya padamu.
Tapi Kalam berbisik: cinta tidak mesti bersatu.

Shelbi Asrianti
Jakarta, 19 Agustus 2013

Sebuah Puisi

 

Kusodorkan tanganku.
Mana tanganmu?

Kau malu-malu memukul bahu.

Seakan mengangankan bulan terang emas selalu,
dan berharap perjalanan jauh dilaju.
Sampai kau yakin tak salah merindu,
meski kapannya tak tentu.

Bujuk rayu tak perlu,
asal senyum tawa canda tetap lucu.

Biarkan angan ingin hasrat lalu bersama waktu,
dan abadi di langit biru.

(judulnya terserah padamu)

SAP
06.09.2012