09 November 2014

Para Penghangat Hati (Bagian 1)

8 November.

Tanggal spesial bagiku. Bukan karena deret angka itu tertera pada semua surat identitas dan dokumen penting milikku. 08-11-1990. Melainkan, karena dua puluh empat tahun lalu dalam hitungan kalender Masehi, aku mereguk nafas pertama di bumi. Kamis fajar itu, aku lahir setelah sepuluh bulan bersemayam dalam rahim. Mungkin aku terlalu menikmati melekat pada Ibu. Entahlah. Aku belum bisa mengingatnya. :) 

Maka tidak bisa dipungkiri aku berdebar juga melewati hari ini. Debar karena tahun-tahun yang terlewati. Lupakan perayaan konyol yang berharap mulia selama-lamanya dan panjang usia. Maksudku, setiap nyawa sudah memiliki tenggat waktu masing-masing. Rasanya tidak sopan bila kita melangkahi kehendak Tuhan dan meminta hidup sampai lansia. Aku lebih suka berharap usiaku tidak sia-sia, daripada terlalu panjang namun hampa.

Bicara soal hampa, mendadak aku terkenang mantan. Mulai yang pertama hingga kedelapan. Bukan karena apa, hanya saja ini 8 November pertama yang kulewati tanpa kekasih dalam kurun tujuh tahun belakangan. Secara umum, aku bukan tipe perempuan yang tidak bisa bahagia tanpa laki-laki. Tetapi, setelah kupikir-pikir sepi juga. Hari-hari tanpa bunga, cokelat, atau perhatian dari pasangan. Haha. 

Omong-omong, berdasarkan saran seseorang, aku sengaja tidak membeberkan tanggal lahir di media sosial populer. Ujarnya, membuka identitas terlalu lebar di sos-med riskan dan rawan cyber crime. Baiklah, kuturuti saja rekomendasi kawan itu. Toh, tetap ada segelintir terkasih yang masih mengingat tanggal ini, meluangkan waktu mengucap doa. 

Mereka. Para penghangat hati. Aku mencantumkan pesan dan doa mereka di sini untuk mengabadikan kasih yang kurasa. :)

©©©


©©©


©©©



©©©


©©©
   


©©©

(Bersambung ke Bagian 2)















Tidak ada komentar: