19 Maret 2015

Energi Idealisme Multatuli



Judul buku       : Max Havelaar
Judul Asli        : Max Havelaar: Or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company
Penulis             : Multatuli
Penerbit           : Qanita
Tahun Terbit    : Mei 2014
Penerjemah      : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Tebal               : 477 halaman
ISBN               : 978-602-1637-45-6


Lebih dari seabad yang lalu, tepatnya pada 1859, Eduard Douwes Dekker mendobrak dunia dengan menulis Max Havelaar, yang berisi kritik tentang kesewenang-wenangan pemerintahan kolonial Belanda di wilayah jajahan Hindia Belanda. Novel klasik ini tak pernah lekang oleh waktu, dan tetap diterbitkan ulang hingga sekarang.

Douwes Dekker yang menggunakan nama samaran "Multatuli" terutama menjadi perbincangan, sebab ia tak lain tak bukan adalah seorang pegawai pemerintah berkebangsaan Belanda, yang menyanggah sikap bangsanya sendiri. Terlebih, multa tuli yang berasal dari bahasa Latin bermakna "banyak yang aku sudah derita”, menunjukkan pembelaan terang-terangan Douwes Dekker kepada rakyat Hindia Belanda pada masa itu.

Buku ini dituliskan dengan unik lewat paparan sudut pandang tiga orang pencerita. Pertama, Batavus Droogstoppel, seorang pedagang kopi yang mewakili tokoh borjuis yang penuh perhitungan dan cenderung kikir, simbol pihak Belanda yang mengeruk keuntungan dari Hindia Belanda. Ia dikisahkan sebagai kawan lama Sjaalman, yang meminta bantuannya untuk menerbitkan sebuah buku.

Kedua, yakni Ernest Stern, pemuda Jerman yang menuliskan gambaran kehidupan di Jawa dan beberapa penyalahgunaan kekuasaan yang didokumentasikan Sjaalman. Secara umum, digambarkan pula pengalaman tokoh Max Havelaar (tokoh yang mewakili Dekker), asisten residen di Hindia Belanda, saat membela masyarakat lokal yang tertindas.

Multatuli sendiri menjadi pencerita di bagian akhir buku, menyampaikan permintaannya untuk menghentikan kesewenang-wenangan dan korupsi di Hindia Belanda. Serupa dengan apa yang ia tuliskan dalam bukunya: “Walaupun sendirian, jika perlu, dia akan menegakkan keadilan, dengan atau tanpa bantuan orang lain.”


(Shelbi Asrianti)

Tidak ada komentar: