20 Oktober 2014

Sahabat di Tepian Pagi

Sahabat selalu datang tanpa diminta. Bahkan ketika jiwa tidak menyadari kebutuhan akan keberadaannya.

Seperti kala itu. 18/10/2014. Suatu Sabtu malam (bukan malam Minggu) yang runyam (nasib jomblo), sesosok kawan lama tiba-tiba saja hadir. Menghibur.

Sudah lama kami tak bersua ataupun berbincang. Malam itu jadi seperti reuni kecil yang asyik. Meski hanya lewat ponsel. Terima kasih teknologi.

Kami mulai bertukar kisah. Tentang karir, kisah cinta masing-masing (kandas pada kasusku, tapi tidak padanya), hobi, mimpi-mimpi yang tertunda. Kami memetik gitar. Bernyanyi parau hingga fajar. Sekali lagi, via ponsel. Sesuatu banget.

Ia selalu bermimpi melanjutkan proyek musiknya yang terbengkalai. Berkeliling Indonesia mempromosikan lagu-lagu ciptaannya. Aku meyakini 100 persen mimpinya itu akan mewujud. Ia vokalis, gitaris, dan pencipta lagu yang hebat. Aku berharap bisa bermusik serius dengannya suatu senggang nanti. Setelah aku mahir benar bergitar. Kalo sekarang masih amatir.

Begitulah. Seperti kataku, sahabat acap tak tampak. Namun seperti bintang, ia selalu ada di langit. Hanya terkadang tertutup dari pandangan. Padahal ia selalu ada.

Pada tepian pagi itu, sahabat bahkan menggubah beberapa lagu secara spontan. Aku iri padanya. Betapa ia dipenuhi ruh kreativitas. Agak jahil, dia memberi judul "Bi" (nama panggilanku) untuk salah satu lagu yang ia ciptakan dan nyanyikan dengan iringan gitar akustik malam itu. Begini liriknya:

Bi, kau 'tlah memilih
Jalan yang itu
Dan jalani

Lakukanlah yang harus
Bukan yang ingin
Kau lakukan

Bila aku
Ada waktu
'tuk bicara kepadamu
Tentang yang kurasa

Aku 'kan ada
Di setiap doa
Percayalah kau tak akan pernah sendiri
---

Sederhana. Tak terduga. Namun menghangatkan.

Terima kasih, sahabat. Sampai jumpa di tepian pagi yang lain. Bila kita ada waktu. :)

-Bi-

Gitarku Magenta

Tidak ada komentar: